
www.foryoutour.co.id – Bandung adalah kota yang penuh dengan kenangan. Selain memiliki lokasi wisata yang unik, Bandung juga merupakan rumah bagi banyak bangunan yang bisa diverifikasi untuk kemerdekaan Indonesia.
Mulai dari Gedung Sate yang merupakan simbol kota Bandung, hingga peninggalan Benteng Pasir Ipis yang bisa menjadi daya tarik tersendiri. Tentunya, ada banyak cerita menarik yang bisa didapat dari bangunan ini.

Nah, mengingat akan ada peringatan Lautan Api Bandung pada 24 Maret mendatang, Kami memiliki saran untuk 8 bangunan terekam di Kota Bandung yang bisa dikunjungi. Siapa tahu, dia perlu kembali merenungkan Sejarah seperti dulu di sekolah.
Penasaran? Silahkan!
FORMULIR PASIR IPIS
Berlokasi di Lembang, Ipis Sand Fort merupakan peninggalan kerja Pemerintah Belanda. Meski tak dikenang dengan rundown of social legacy, Benteng Pasir Ipis memiliki segudang sejarah, terutama tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dengan panjang satu kilometer, pos yang melekat pada tahun 1891 itu diisi sebagai blokade yang dijaga oleh angkatan bersenjata Belanda.
BANGUNAN JAARBEURS
Bandung industri perjalanan berkembang pesat mengingat struktur yang satu ini. Dibangun pada masa Belanda, Gedung Jaarbeurs adalah tempat Festival Braga pertama kali diadakan. Yang patut dicatat, Braga Festival adalah pameran sosial paling kawakan di Bandung yang menyuguhkan banyak karya seni. Sebagai data, perayaan ini sudah berkali-kali digelar, lho!
SUKSES BANGUNAN INDONESIA
Di rumah ini, bertahun-tahun sebelumnya, Presiden Soekarno berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Soekarno membacakan wacana kepada tiga mitranya, Gatot Mangkupraja, Maskun, dan Supriadinata yang merupakan oknum Persatuan Nasional Indonesia (PNI) yang disalahkan karena menggulingkan kekuasaan Hindia Belanda. Wacana tersebut kemudian dianggap sebagai salah satu menit penting melawan imperialisme di Indonesia.
Inn BIDAKARA
Bangunan pengerjaan deco ini adalah penginapan tempat orang-orang dari Konferensi Besar Asia Afrika melewati malam. Nama-nama perintisnya, misalnya Ir Soekarno, Ho Chi Minh da Tito singgah di sini sebelum ikut acara yang diadakan pada tahun 1955. Sebelumnya, penginapan ini digunakan sebagai tempat tidur mewah para pejuang Jepang pada masa provinsi.
GOA DUTCH DAN JEPANG
Dalam kurun waktu perbatasan Belanda, Gua Belanda dimanfaatkan sebagai wilayah kapasitas senjata pejuang Belanda. Ada juga pembantaian perwira pribumi oleh pejuang Belanda. Tidak heran jika gua ini sering dikunjungi. Goa Belanda juga digunakan sebagai tempat wisata di Dago Pakar. Banyak wisatawan juga berkunjung ke sana. Meski siapapun bisa berkunjung, jangan sampai berdemonstrasi sembarangan di sana, salah satunya dilarang memberi isyarat “merica”. Sebab, Lada adalah nama senior mereka. Jika Anda mendengar kata itu, penjaga gerbang gua bisa meledak.
MUSEUM Gratis
Memang tak jauh dari Hotel Bidakara, ada Gedung Merdeka. Pada tahun 1955, KTT Asia Afrika diadakan di sini. Inves oleh Van Galen Last dan CP Wolff Schoemaker, struktur ini merupakan pengamat pengenalan Sepuluh Prinsip Bandung yang berisi artikulasi tentang bantuan untuk keharmonisan dunia dan kolaborasi setelah sistem haji. Peninggalan yang berbeda dari perkembangan ini dapat ditemukan di ruang pameran ini.
MUSEUM SILIWANGI WANGSIT MANDALA
Kawasan tersebut berada di Jalan Lembong 38. Museum Mandala Wangsit Siliwangi merupakan bekas base camp militer yang menjadi tujuan utama penyerangan Ratu Adil Armed Forces (APRA) tahun 1950. Penyerangan ini merupakan upaya penggulingan Soekarno oleh rekan-rekan Belanda yang menewaskan banyak orang dari TNI sekitar itu. . Ada bermacam-macam senjata adat, seperti pisau, klewang, bilah bambu, dan keris yang digunakan untuk menangkis penyerangan.
MENARA SABTU
Terletak di Jalan Diponegoro No.22, Gedung Sate berkapasitas sebagai pusat kerja pemerintahan Jawa Barat. Gedung Sate menawarkan banyak artikel yang direkam dari otoritas publik Bandung dan Belanda. Warisan 1920, Gedung Sate memiliki landmark yang bertuliskan “Dalam perisai Gedung Sate dari pasukan Gurhaka pada 3 Desember 1945, tujuh orang muda menendang ember dan diselimuti musuh di halaman”.